Jenis-jenis Perilaku
Individu
Oleh:
Taufikurrahman
SEKOLAH
TINGGI ILMU TARBIYAH BALIKPAPAN (STITBA)
PONDOK
PESANTREN SYAICHONA CHOLIL BALIKPAPAN SELATAN
TAHUN
2012/2013
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Dengannama Allah yang maha Pengasih maha Penyayang.
Pujisyukur kita panjatkan kepada Allah
Tuhanseluruhalam dantidak lupa shalawat sertasalam semoga selalu tercurah kankepaa Nabibesarkita
Muhammad SAW. Keluarga, sahabatdansegenappenerusperjuanganbeliausampaiyaumulkiamah.
Penulisjugamengucapkanbanyakterimakasihkepada:
Ø Dosen yang memberikan tugas makalah inikepada Saya guna meningkatkan mutu SekolahTinggiIlmuTarbiyah
Balikpapan (STITBA).
Ø Kedua orang tuayang karenado’a dan jasanya sehingga Saya mampu melanjutkan
pendidikanhingga jenjangperguruantinggi.
Ø Teman-teman semester dua yang telah memberikan dukungan penuh atas terselesaikannya makalah ini.
Adapun penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalampembuatan makalah ini, untuk itu selaku penulis makalah mengharap saran dankritiknya yang bersifat membangunakan segalakekurangan makalah ini, karena akan berpengaruh padapenulisan-penulisans elanjutnya dan parapemaca yang akan mendapatkan tugas yang
sama.
Harapantakterhinggadaripenulis, semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagipembaca dan hususnya penulis, sekian dan terimakasih.
Balikpapan,
12 Februari 2013
Penulis,
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................ i
DAFAR
ISI........................................................................................................ ii
BAB
I
: PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah......................................................... 1
B.
Rumusan Masalah.................................................................. 1
BAB II : PEMBAHASAN
A.
Pengertian dan Jenis Perilaku Individu...................................... 2
B. Jenis-jenis Perilaku Individu..................................................... 4
C. Perilaku Individu Dalam Dunia
pendidikan Islam..................... 5
BAB
III :
PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................ 6
B. Saran-Saran................................................................................ 6
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar
perilaku individu , dan bahkan ada yang menyatakan prilaku individu mencakup
segala pernyataan hidup , jika pendapat ini yang kita pakai , maka betapa
banyak kata yang harus digunakan untuk mendeskripsikannya. Untuk keperluan studi tentang prilaku kiranya perlu ada sistematika
pengelompokan berdasarkan kerangka berfikir tertentu.
Dalam konteks pendidikan ada tiga kawasan
(domain), yaitu: kawasan kognitif, kawasan efektif, kawasan psikomotorik, yang
mana dari ketiga aspek inilah kita dapat
menentukan kemana arah prilaku individu tersebut dapat berkembang. Segenap
usaha pendidikan seyogyanya diarahkan untuk terjadinya perubahan prilaku
peserta didik secara menyeluruh dengan mencakup semua kawasan prilaku.
Berangkat dari pemikiran inilah, penulis tertarik
untuk mengkaji lebih dalam lagi pemikiran tentang jenis-jenis prilaku individu
yang ada di sekitar kita. Sehingga dapat menambah wawasan kita.
B.
Rumusan Masalah
Dalampembuatanmakalahini,
penulis bias merumuskanhal-hal yang menjadipokokpermasalahan, diantaranya:
-
Apakah Pengertian dan Jenis Prilaku Individu?
-
Apa Pengertian Konteks Domain
Prilaku Individu?
-
Bagaimana Prilaku Individu dalam Dunia Pendidikan Islam?
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Perilaku Individu
Prilaku Individu dapat diartikan sebagai suatu
sikap atau tindakan, serta segala sesuatu yang dilakuakan manusia baik yang
dilakukan dalam pekerjaan maupun diluar pekerjaan seperti berbicara, berukar
pendapat, berjalan dan sebagainya. Menurut Gibson
(1996) menyatakan “perilaku individu
adalah segala sesuatu yang dilakukan seseorang seperti: berbicara, berjalan,
berfikir atau tindakan dari suatu sikap”.Sedangkan menurut Kurt Levin: “perilaku (Behavior = B) individu pada dasarnya merupakan fungsi dari
interaksi antara person/individu (P) yang bersangkutan dengan lingkungan
(Enviromamet = E)”. Setiap individu mempunyai karakteristik yang berbeda,
sehingga setiap manusia mempunyai keunikan-keunikan tersendiri. Oleh sebab itu
antara individu yang satu dengan yang lain pasti mempunyai perbedaan-perbadaan.
Ada beberapa alasan menganggap manusia berperilaku
berbeda:
1. Manusia berbeda perilaku kareemampuannya
tidak sama
Prinsip ini penting untuk
dapat memahami mengapa seseoarang berbuat dan berperilaku berbeda dengan
lainnya. Perbedaan kemampuan ini ada yang beranggapan karena perbadaan menyarap informasi dari
suatu gejala atau fenomena. Adapula yang menganggap karena hasil didikan dan
pengalaman. Lepas dari perbedaan tersebut, kita dapat memahami bahwa kemampuan
seseorang dapat membedakan kemampuannya, dengan demikian, kita akan paham pula
mengap seseorang berperilaku yang berbeda dengan yang lain dalam mengerjakan
suatu pekerjaan yang sama.
2.
Manusia mempunyai kebutuhan yang berbeda
Ahli ilmu perilaku umumnya berpendapat
bahwa manusia itu berperilaku karena didorong oleh serangkaian kebutuhan.
Kebutuhan yang dimaksud adalah beberapa pernyataan dalam diri
seseorang(Internal State) yang menyebabkan seseorang itu bertindak untuk
mencapainya dalam bentuk objek atau hasil objek atau hasil.
3.
Orang berfikir tentang masa
depan dan membuat pilihan tentang
bagaimana bertindak Kebutuhan manusia dapat dipenuhi lewat perilaku
masing-masing. Dalam banyak hal orang dihadapkan pada sejumlah kebutuhan yang
potensial harus dipenuhi lewat perilaku yang dipilihnya. Cara untuk menjelaskan
bagaimana seseorang membuat pilihan diantara sejumlah besar rangkaian pilihan
perilaku byang terbuka baginya, adalah dengan menggunakan penjelasan teori
expectancy. Teori ini berdasarkan atas proporsi yang sederhana yaitu bahwa
seseorang memilih berperilaku sedemikian karena dia yakin dapat mengarahkan
untuk mendapatkan hasil tertentu misalnya mendapatkan hadiah atau upah,dan
dikenal oleh atasan yang menarik baginya karena sesuai dengan tuntutan
kebutuhannya. Teori expectancy ini berdasarkan suatu anggapan yang menunjukan
bagaimana menganalisa dan meramalkan rangkaian tindakan apakah yang akan
diikuti oleh seseorang manakala dia memiliki kesempatan untuk membuat pilihan
menganai perilakunya.
4. Seseorang memahami lingkungannya
dalam hubungan dengan pengalaman masalalu dengan kebutuhannya
Model expectancy, seperti halnya banyak lampiran
yang dipergunakan untuk memahami perilaku, menduga bahwa orang berperilaku itu
menurut persepsinya terhadap dunia ini.
Memahami lingkungan adalah suatu proses yang
aktif, dimana seseorang mencoba membuat lingkungannya itu mempunyai arti
baginya. Proses yang aktif itu melibatkan seseorang individu mengakui apa yang
dilihatnya dengan pengalaman masa lalu, dan mengevaluasi apa yang dialami itu
dalam kaitannya dengan kebutuhan dan nilai-nilainya. Lingkungan akan lebih
banyak memberikan kepada manusia objek dan peristiwa dibandingkan dengan
kemampuan manusia itu sendiri untuk memahami objek dan peristiwa tersebut.
5. seseorang mempunyai
reaksi-reaksi senang dan tidak senang
Orang jarang bertindak
netral sesuatu hal yang mereka ketahui dan alami, mereka cenderung untuk
mengevaluasi sesuatu yang mereka alami
dengan cara senang atau tidak senang. Perasaan senang dan tidak senang ini akan
menjadikan seorang untuk berbuat yang berbeda dengan orang lain dalam menggapai
suatu hal, orang merasa puas atau tidak puas. Kepuasan atau tidak, ini
berhubungan dengan perbedaan antara harapan dan kenyataan maupun membandingkan
apa yang diperoleh dalam situasi tertentu dengan apa dengan apa yang diterima
orang lain dalam situasi yang sama. Hasil perbandingan ini kadang kala kurang
informasi mengenai bahan masuakan (input) dan hasil yang dicapai oleh orang
lain tersebut kurang. Tepatnya proses perbandingan tersebut bisa dikatakan
orang tersebut telah salah presepsi.
Perilaku seseorang itu ditentukan oleh banyak
faktor. Adakalanya perilaku seseorang dipengaruhi oleh kemampuannya, adapula
kebutuhannya dan ada juga dipengaruhi oleh pengharapan dan lingkungannya.
Lembaga pendidikan bisa mempengaruhi perilaku seseorang dengan dengan merubah
satu atau beberapa faktorpenentu dari perilaku individu, kesemuanya terbuka
untuk dipengaruhi. Kebutuhan dan kemampuan tertentu umumnya sulit depengaruhi,
karena mereka sering dibatasi oleh sifat psikologis dari seseorang, latar
belakang dan pengalamannya. Expectancy dan kemampuan tertentu yang dihasilkan
dari proses belajar, disatu pihak adalah terbuka untuk dipengaruhi. Selama
keduanya dihasilkan oleh lingkungan kerja. Pengaruh langsung dari lingkungan
tempat kerja akan memberi pengaruh dalam perubahan perilaku seseorang.
Berdasarkan teori expectancy bagian lingkungan yang ikut menciptakan terjadinya
sesuatu yang diinginkan adalah penting untuk diketahui, karena hal ini bisa
menyebabkan terjadinya motivasi. Dengan demikian berdasarkan berdasarkan
penelitian atau kaji tindak yang seksama terhadap faktor manakah yang dianggap
paling dominan dalam mempengaruhi perilaku selanjutnya dikembangkan untuk mendapatkan
keefektifan pelaksanaan pembelajaran.
B. Jenis-jenis Perilaku Individu
Dalam konteks pendidikan, Bloom
mengungkapkan tiga kawasan perilaku individu beserta sub kawsan. Dari
masing-masing kawasan , yakni: 1. Kawasan kognitif . 2. Kawasan efektif dan. 3.
Kawasan psikomotor.
Perilaku
diatas menjadi rujukan penting dalam proses pendidikan, terutama kaitan dengan
usaha dan hasil pendidikan seyogyanya diarahkan untuk terjadinya perubahan
perilaku peserta didik secara menyeluruh, dengan mencakup semua kawasan
perilaku. Dengan merujuk pada tulisan Gulo (2005), di bawah ini akan diuraikan
ketiga kawasan tersebut besrta sub kawasannya.
1.
Kawasan Kognitif
Kawasan
kognitif yaitu kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek intelektual atau
berfikir/nalar terdiri dari:
a.
Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan
merupakan aspek kognitif yang paling rendah tapi paling mendasar. Dengan
pengetahuan individu dapat mengenal dan mengingat kembali suatu objek, ide
prosedur, konsef, defenisi, nama, peristiwa, tahun, daftar, rumus, teori atau
kesimpulan.
b.
Pemahaman (comprehension)
Pemahaman
atau dapat juga dikatakan dengan istilah mengerti merupakan kegiatan mental
intelektual yang mengorganisasikan materi yang telah diketahui. Temuan-temuan
yang didapat dari materi seperti defenisi, informasi, peristiwa dan fakta
disusun kembali dalam struktur kognitif yang ada. Temuan-temuan ini diakomodasi
dengan struktur kognitif yang ada, sehingga membentuk struktur kognitif baru.
c.
Penerapan (application)
Menggunakan
pengetahuan untuk memecahkan masalah atau menerapkan pengetahuan dalam
kehidupan sahari-hari. Seseorang dikatakan menguasai kemampuan ini jika dia
dapat memberi contoh, mengklasifikasikan, memampaatkan, menyelesaikan,dan
mengidentifikasi hal-halyang sama. Contoh, dulu ketika pertama kali
diperkanalkan kereta api kepada petani di Amerika, mereka berusaha memberi nama
yang cocok bagi alat angkutan terebut, satu-satunya alat transportasi yang
sudah dikenal pada watu itu adalah kuda. Bagi mereka ingat kuda ingat
transportasi. Dengan pemahaman demikian, maka mereka memberi nama pada kereta
api tersebut dengan iron horse (kuda besi). Hal ini menunjukan bagaimana mereka
menerapkan konsep terhadap sebuah temuan baru.
d.
Penguraian (analysis)
Menentukan
bagian-bagian dari suatu masalah dan menunjukan hubungan antar-bagian tersebut,
melihat penyebab-penyebab dari suatu peristiwa atau memberi argumen-argumen
yang menyokong suatu pernyataan.
e.
Memadukan (synthesis)
Menggabungkan,
meramu atau merangkai berbagai informasi menjadi satu kesimpulan atau menjadi
satu hal yang baru. Kemampuan berfikir induktif dan konvergen merupaan ciri
kemampuan ini. Contoh: contoh memilih irama dan kemudian menggabungkannya
sehingga menjadi gubahan musik yang baru, memberi nama yang sesuai bagi suatu
temuan baru, menciptakan suatu logo organisasi.
f.
Penilaian (evaluation)
Mempertimbangkan,
menilai dan mengambil keputusan benar-salah, baik-buruk, atau bermanfaat
berdasarkan kriteria-kriteria tertentu baik kualitatif maupun kuantitatif.
Terdapat dua kriteria pembenaran yang digunakan yaitu: pembenaran berdasarkan
internal dan pembenaran berdasarkan eksternal
2.
Kawasan Efektif
Yaitu kawasan yang berkaitan aspek-aspek emosional,
seperti perasaan, minat, sikap, kepatuhan terhadap moral dan sebagainya,
terdiri dari:Penerimaan (receiving), sambutan (responding), penilaian, pengorganisasian (organization),
karakterisasi (charecterization).
3.
Kawasan Psikomotor
Yaitu kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek
keterampilan yang melibatkan fungsi sistem syaraf dan otot dan fungsi psikis.
Kawasan ini terdiri dari: kesiapan, peniruan, membiasakan, menyesuaikan dan
menciptakan..
C. Perilaku Individu Dalam Dunia
Pendidikan Islam
Pondok pesantren merupakan sentral dan induk dari pendidikan islam. Yang
berlandaskan pada firman Allah swt.
“Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang
berilmu dan yang menuntu ilmu beberapa derajat” (QS.Mujadalah:11)
Dengan berdalilkan
firman tersebut pondok pesantern tetap konsisten untuk memberikan pengetahuan
tehadap individu yang terdapat dalam lingkup pesantrean agar mendapatkan
pendidikan karakter dan pengaplikasiannya kepada masyarakat. Didalam pesantren
baik secara langsung maupun tidak langsung tiap-tiap individu akan mendapatkan
pendidikan karakter seperti:
a. Bersikap Jujur (siddiq)
Banyaknya persoalan dilingkup dunia pendidikan kita antara lain disebabkan
oleh semakin menipisnya kejujuran. Contohnya: saat pelaksanaan UN (ujian
nasional), tiap sekolah berlomba mengambil keputusan miring agar anak didiknya
dapat lulus, salah satu caranya dengan memperbolehkan siswa membawa HP
keruangan ujian yang nanti dari HP itulah siswa akan menerima pesan berupa
jawaban soal ujian. Sehingga secara tidak langsung kejadian itu menanamkan
karakter pembohong pada diri siswa. Berbeda dengan pondok pesantrean yang menganut
program salafiyah, untuk meluluskan santri(individu kognitif) tidak lah terpaku
pada momen-momen tertentu dan kompetensi lulusnya tidak lah berpatokan pada
ujian akhir saja, tetapi cenderung pada pengetahuan individu/person yang bisa
dilihat dari jumlah hafalnnya atau pemahaman dan penguraiannya terhadap
kitab-kitab yang telah ditentukan. Sehingga secara garis besar budaya menyotek
dapat dihilangkan.
b. Bersikap Teguh/Gigih
(istiqomah)
Saat ini, peserta didik dari semua
jenjang pendidikan perlu diajarkan mengenai nilai kegigihan. Kegigihan itu
sendiri adalah semangat pantang menyerah yang diikuti keyakinan kuat dan mantap
mencapai impian dan cita-cita. Dalam kemyataannya, nilai-nilai tersebut sangat
dibutuhkan oleh tiap-tiap individu agar mereka memiliki semangat yang besar dan
tidak mudah putus asa dalam menggapai cita-cita. Dengan berdasarkan Hadits “istiqomah itu lebih baik dari seribu karomah”. Pondok pesantrean
membiasakan santrinya untuk selalu sholat faradu, shalat malam atau qiamullail,
membiasakan menghafal pelajaran, dan berkeperibadian dengan akhlaqul karimah.
c. Profesional/Disiplin (fathonah)
Tidak sedikit guru merasa kewalahan
dalam menghadapi peserta didik yang sulit diatur, cenderung membantah saat
dinasihati, dan sering kali melakukan pelanggaran. Menghadapi keadaan semacam
ini, maka tidak heran jika ada diantara guru yang menggunakan jalan kekerasan
untuk menambah sikap disiplin pada peserta didiknya.
Menipis atau bahkan menghilangnya
sikap disiplin pada peserta didik merupakan masalah serius yang dihadapi dunia
pendidikan. Oleh karena itu kita haru mendukung pendidikan islam yang tak pernah
bosan menanamkan akhlaq hasanah pada santri-santrinya. Dengan berlandaskan
dalil kitab akhlaqul lilbanin:
“Yang tua mengasiahi yang muda ,Yang muda menghormati yang tua,”
d. Bertanggung Jawab (amanah)
Rasa tanggung jawab merupakan pelajaran yang tidak
hanya perlu diperkenalkan dan diajarkan, namun juga perlu ditanamkan kepada
peserta didik, baik baik masa prabelajar maupun belajar. Peserta didik yang
terlatih atau dalam dirinya sudah tertanam nilai-nilai tanggung jawab, kelak ia
akan tumbuh menjadi peribadi yang bersungguh-sungguh dalam menjalankan berbagai
aktifitasnya. Kesungguhan dan tanggung jawab inilah yang akhirnya dapat
mengantarkannya dalam mencapai keberhasialan seperti yang diinginkan.
e. Peduli (tabligh)
Sikap peduli terhadap orang lain merupakan
sikap yang sangat dibutuhkan oleh bangsa Indonesia, terutama saat bangsa ini
banyak mengalami musibah dan bencana. Namun , untuk untuk menumbahkan rasa
kepedulian, kita tidak perlu menunggu bencana terjadi. Sebab, setiap saat,
selalu ada banyak hal yang meminta kepedulian kita.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perilaku individu adalah suatu sikap
atau tindakan serta segala sesuatu yang dilakuakn manusia baik yang dilakukan
dalam bekerja maupun diluar pekerjaan. Dalam dunia pendidikan Islam perilaku
individu inilah yang menjadi sasaran dalam pembentukan karakter, sehingga
peserta didik dapa menjasi manusia yang bermanfaat keluarga, masyarakan, dan
Negara.
B.
Kritik dan Saran
Dengan apa adanya dalam penulisan
makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kesalahan, oleh karena itu
penulis berharap dan siap menerima kritik dan saran yang membangun dari semua
pihak sehingga penulis agar lebih baik dalam penulisan makalah berikutnya
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an dan Hadits
Umar bin ahmad barja’, Akhlaqul Lilbanini, Muhammad Bin Ahmad Nabhan Wa Awladah. Surabaya
1952
Nurul Isna Aunillah, Pendidikan Karakter di Sekolah, Laksana. Jogjakarta 2011
William A. Smith, Conscientizacao, Pustaka
Pelajar. Massachusetts 1987
Website:
scridb.com
adhisubay.blogspot.com
psychologymania.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar